Sunday, September 22, 2013

Gelar Batik Nusantara 2013: Pelestarian dan Pengembangan Batik di Indonesia

Komarudin Kudiya, Dr. Maria, perwakilan dari Indosat, B.R. Ay Atika Purnomowati, Profesor Bustanil dari ITB (kanan ke kiri). (foto: dok. satuharapan)
Sesi tanya jawab dalam talkshow
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Batik merupakan suatu mahakarya sini rupa yang telah menjadi bagian jati diri bangsa. Hal ini disampaikan pada Talkshow yang mengusung tema Batik Indonesia untuk Dunia, Batik dalam Perspektif Pendidikan Budaya, Melestarikan dan Pengembangan Nilai Budaya dalam Batik, bertempat di Jakarta Convention Center Jumat (19/7).
Dr. Maria Wronska Friend, seorang doktor ilmu budaya dari Universitas James Cook, Cairns, Australia, yang meneliti batik dan membuat buku-buku batik Indonesia, dalam pernyataannya yang menggunakan bahasa inggris mengungkapkan batik tidak hanya ada di Indonesia saja, di India, Afrika, bahkan Eropa.
Batik Indonesia sudah terkenal di seluruh dunia karena memiliki pola rumit yang indah, desain halus, serta warna yang khas. Serta tercatat dalam warisan budaya non benda UNESCO pada 2 Oktober 2010.
Kebudayaan batik saat ini bukan hanya sudah mendarah daging, namun juga menarik mata dunia. Seperti kita ketahui setiap hasil budaya pasti akan berubah, tugas kita sebagai generasi penerus adalah mengawali perubahan tersebut. Hal ini disampaikan oleh Komarudin Kudiya, perajin dan pakar batik Indonesia.
Komarudin menambahkan pentingnya pendidikan budaya batik dari mengenalkan proses membatik, mengedukasi penjual sampai ke hal maintenance pengrajin. Dalam hal ini berarti memberikan reward seperti upah yang pantas, memberikan seragam berupa produk batik tersebut, bisa juga mengajak jalan-jalan, memberikan bonus, hal ini tentu disesuaikan juga dengan kemampuan pengusaha batik tersebut.
Saat ini terdapat sekitar 4,5 juta bisnis batik di Indonesia, di mana empat jutanya terdapat hampir di seluruh pulau Jawa, sedangkan sisanya di luar pulau Jawa.
Ny. Suliantoro, wanita 78 tahun yang telah menghabiskan 60 tahun masa hidupnya mendalami batik dan saat ini pengusaha batik dari Jogja, ikut serta mengatakan pendapatnya dalam sesi tanya jawab bahwa  tantangan saat ini adalah bagaimana mempertahankan kualitas batik itu sendiri. Batik dahulu menggunakan zat pewarna alami. Namun seiring perkembangan zaman dan produksi dalam jumlah besar, warna yang dipakai adalah pewarna sintetis, di mana hal ini mengurangi nilai filosofi dari batik itu sendiri. Namun demikian Ny. Suliantoro berharap terutama anak-anak muda tetap bangga memakai batik.
Talkshow yang merupakan hasil kerjasama Yayasan Batik Indonesia dan Indosat tersebut, berlangsung sekitar satu jam dan ditutup dengan acara serah terima penghargaan kepada narasumber yang diberikan oleh Alexander Rusli, selaku Presiden Direktur dan CEO Indosat.
Diharapkan melalui Gelar Batik Nusantara 2013, Yayasan Batik Indonesia bisa mewujudkan visi misinya dalam upaya melestarikan batik indonesia agar selalu mendapat perhatian para pengrajin, pengusaha batik dan masyarakat, serta mengembangkan kemampuan pengrajin atau pengusaha batik. 
Editor : Sabar Subekti
http://satuharapan.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=2829&cHash=96e2a7a47f9b7f9c6b653bde1fc37003

Saturday, August 3, 2013

Model Baju Batik Modern

Batik Modern menjadi trend tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia yang memberikan kesan ilegan, terkinikan dan terbarukan, sehingga banyak sekali permintaan dari masyakarta akan batik modern ini.

Dengan toko online kami ini kami menawarkan beragam motif batik modernyang dapat anda peroleh dengan harga yang terjangkau.


Monday, June 17, 2013

Batik Sarimbit Muslim

Menyambut Ramadhan dengan berpakaian batik yang kompak dengan pasangan menjadi ciri khas tersendiri bagi keluarga yang mendambakan keluarga yang rukun harmonis dan penuh kasih sayang, http://www.batiksarimbitmuslim.com/ menawarkan kepada keluarga muslim berbagai pilihan Batik Sarimbit Muslim

Selamat Berbelanja

Sunday, January 13, 2013

Busana Muslim | Pakaian Muslim | Baju Muslimah

Berkas:Jilbab in Zanzibar (cropped).jpg Penganut agama Islam sangat peduli terhadap busana dalam dua konteks, yaitu pakaian sehari-hari untuk kegiatan di dalam atau luar rumah dan pakaian khusus beribadah. Di Indonesia sendiri, busana muslim[1] mendapat perhatian yang besar. Populasi penganut agama Islam di Indonesia berjumlah kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk (2010). Hal ini menjadikan industri mode untuk pakaian muslim pun menjadi besar minatnya dengan terlihat munculnya situs web belanja kebutuhan busana muslim. busana muslim adalah model pakaian yang disesuaikan dengan aturan kehidupan penganut agama Islam. Di dalam Al-Qur'an tertulis anjuran-anjuran dan kewajiban bagi orang muslim dalam hal berpakaian. Model baju yang tertutup dan serba panjang menjadi ciri khasnya. Untuk wanita, busana muslim menutupi bagian tubuh seperti rambut, leher, tangan dan kaki.

Sejarah Kontemporer Busana Muslim di Indonesia 

Dari Kemerdekaan Hingga Orde Baru

Dari sejak kemerdekaan Indonesia, ada lima agama yang diakui secara resmi oleh Negara, yaitu Islam (85,1%) Protestan (9,2% Protestan), Katolik (3,5%), Hindu (1,8%), dan Buddha (0,4% ). Meskipun sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam, pemerintah menolak permintaan untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam. Pemerintah Orde Baru selalu mendorong partisipasi organisasi Islam dalam masalah sosial. Penggunaan jilbab menjadi populer di tahun 1980-an. Hal itu disebabkan oleh situasi politik di Indonesia yang membuka jalan bagi perkembangan organisasi-organisasi Islam. Meski demikian, masih ada perusahaan dan organisasi yang melarang pegawai atau anggota perempuannya menggunakan jilbab.

Gerakan Global Islam 

Gerakan revolusi Islam di Iran, yang salah satunya mewajibkan perempuan di sana menggunakan jilbab, membawa pengaruh besar bagi dunia. Pengguna busana muslim wanita menjadi lebih terbuka, termasuk di Indonesia. Globalisasi Islam terjadi seiiring dengan perkembangan media audio visual massa. Penganut agama Islam akhirnya merasa menjadi anggota masyarakat internasional.

Popularisasi Busana Islam 

Pemimpin rezim Orde Baru, Soeharto, melakukan pendekatan kepada para pemimpin Negara Islam. Pemerintah kala itu memberi bantuan dana untuk pembangunan institusi dan perkembangan organisasi Islam. Anak kepala Negara, Siti Hardijanti Rukmana, yang akrab dipanggil Mbak Tutut pun mulai mengenakan jilbab dengan gaya yang menarik perhatian di masa itu. Efeknya, banyak perempuan mengikuti gayanya. Bisa dikatakan, inilah awal mula gerakan mode dalam hal baju muslim.